Ignorance
Ignoarance - Flash Fiction: Sulit untukku melupakan hari itu, jumpa pertama antara kita. Betapa kikuknya kamu yang tangannya tak kusambut dengan senyum. Aku memang pribadi yang sesulit itu, sekalipun untuk sebuah perkenalan, yang kata mereka "hanya" perkenalan. Kebodohan pertamaku, tak peduli impresi pertama yang menjadi cap di keningku, darimu.
Setelah itu? Bahkan, sekadar bincang ringan pun tidak. Menurutku, kau aneh. Itulah kebodohan keduaku. Ketika seseorang kuanggap aneh, penasaran menyelimutiku. Ah, tidak. Aku tetap dengan ketinggianku yang enggan memulai. Tetapi, bukankah kini kau tahu soal seleraku?
Sebulan berjalan, akhirnya kali kedua kita dalam pertemuan. Bukan hanya pertemuan semata, tapi pertemuan antara dua pasang mata. Aku bisa melihat keantusiasan. Aku bisa melihat sebuah gairah. Aku bisa melihat hidup yang "hidup", dan... itu kebodohan ketigaku. Kenapa tidak dari awal aku menyambutmu?
Sejak itu, kau dan aku kerap kali dalam satu temu. Belum lagi tentang persamaan kita akan suatu tempat. Ah, ini kebodohan keempatku ya? Aku yakin, di antara kita, akan ada yang jatuh cinta terlebih dahulu.
Seakan merefleksikan diri dalam bentuk manusia, kurasa. Bukan lagi cermin, bukan lagi bayangan. Katamu, cinta itu tahi. Aku pun. Bahaya! Ini kebodohan kelimaku. Aku bisa mengetahui pikiranmu dan sedikit mengendalikan emosimu. Jahat, ya?
More than three words, isn't it? |
Semenjak itu, semua berubah. Terlintas kembali penegasanku yang lalu. Perihal menyimpan rasa yang membuncah dalam dada, masing-masing. Kau mengingkarinya, tapi aku tidak akan marah. Itu hakmu, kan? Dan telah menjadi kebodohanku yang ketujuh, selalu menjadi favoritku untuk menjaga perasaan orang lain, terlebih mereka yang memedulikanku. Acap kali itu menyebabkan salah duga. Mungkinkah di antara kita, juga?
Selalu kita bercerita tentang hal yang kita suka. Melupakan sejenak hati-hati yang menyibukkan diri pada kita. Menyatukan pemikiran yang anomali, lalu merasa aneh saat menjadi manusia pada umumnya. Kebodohan kedelapanku, aku bahagia mendengarkanmu. Aku bahagia memiliki tempat di sudut hatimu. Aku bahagia mendengar pernyataanmu jikalau aku adalah si pemilik mata teduh. Menyejukkan? Begitukah?
Selalu kita bercerita tentang hal yang kita suka. Melupakan sejenak hati-hati yang menyibukkan diri pada kita. Menyatukan pemikiran yang anomali, lalu merasa aneh saat menjadi manusia pada umumnya. Kebodohan kedelapanku, aku bahagia mendengarkanmu. Aku bahagia memiliki tempat di sudut hatimu. Aku bahagia mendengar pernyataanmu jikalau aku adalah si pemilik mata teduh. Menyejukkan? Begitukah?
3 comments
Better than mine. :)
ReplyDeletekyaaaa dikomenin sama empu blog yang menginspirasi >,<
DeleteAku kangen dengan tulisanmu yang seperti ini.:p
ReplyDelete