Review: Single vs Ngenest
Postingan pertama di tahun 2016, yaaay! Gue baru aja
marathon dua film nasional khas anak muda, Single
dan Ngenest. Walaupun judulnya “Single
vs Ngenest”, bukan berarti gue nge-compare dua film ini ya. Masing-masing
punya kelebihan dan kekurangannya. Langsung aja, ah...
Mulai tayang 17 Desember 2015, kali ini Raditya Dika
menelurkan film bukan based on his books.
Single adalah film ketiga Radit
sebagai sutradara setelah Marmut Merah
Jambu dan Malam Minggu Miko The
Movie. Ya, tentunya Radit jugalah penulis skenario dan pemeran utamanya.
Sinopsis
Film ini bercerita tentang Ebi (Raditya Dika), seorang
lelaki 27 tahun yang tinggal di kos-kosan dan nggak punya pekerjaan. Ebi punya
dua sohib di kosannya, yaitu Wawan (Pandji Pragiwaksono) dan Victor (Babe Cabita).
Di antara mereka bertiga, Ebi-lah satu-satunya cowok yang masih single. Katanya sih, ini dikarenakan Ebi
sulit buat memulai obrolan dengan cewek. Selain itu, dia juga ngerasa nggak confident ketika mengutarakan sesuatu.
Ebi sebenernya ngerasa malu sama adiknya, Alva (Frederik
Alexander). Laki-laki mapan, punya rumah pribadi, dan berstatus in relationship dengan anak seorang
pengusaha tersebut berhasil bikin Ebi makin minder. Belum lagi, saat tiba-tiba
Alva dan sang kekasih meminta restu kepada Ebi dan ibunya untuk melangkah ke
jenjang pernikahan. Ebi pun berjanji pada sang ibu kalo nanti, pas resepsi
Alva, dia bakal bawa cewek cantik buat dikenalin.
Di tengah-tengah keputusasaannya, Wawan dan Victor selalu
ada buat nge-push Ebi supaya mau cari
cewek. Mulai dari ngasi wejangan sampe bawa dia ke kelab malam biar bisa hunting cewek single. Sayangnya, Ebi yang naif lagi-lagi harus kehilangan
kesempatan karena nggak bisa ngebawa obrolan ke arah yang lebih asyik.
Siapa sangka, kamar kos no 1 punya penghuni baru berparas
cantik. Namanya Angel (Annisa Rawles), seorang mahasiswi kedokteran yang ingin
memberi kebaikan kepada orang lain. Ebi berusaha PDKT sama Angel yang emang
kelihatan open sama siapa aja. Ebi
yang punya hobi stand up comedy, diajak
buat ngisi acara fundraising yang
lagi digeluti oleh Angel. Namun, Angel punya “kakak-adik-zone” yang tau-tau
dateng dari Belanda, bernama Joe (Chandra Liow).
Joe yang notabene menyimpan perasaan ke Angel sejak kecil,
berupaya menghalang-halangi Ebi buat deketin cewek tersebut. Nggak jarang, Ebi
diremehin oleh Joe di hadapan Angel karena statusnya sebagai pengangguran.
Sebelum resmi menikah, Alva dan keluarga besar calon
istrinya ngebuat acara kumpul-kumpul orang terdekat di Bali. Alva bilang kalo
Ebi boleh ngajak Wawan dan Victor. Kalo mau nambah orang lagi juga bisa. Ebi
pun berniat mengajak Angel. Tentu, cewek itu nggak menolak ajakannya.
Banyak konflik yang terjadi ketika mereka di Bali. Mulai
dari Joe yang tiba-tiba juga ada di Bali, Angel yang kecewa dengan Ebi, hingga
Ebi yang harus berantem sama kedua sahabatnya. Kalo kayak gini, bisa nggak ya, Ebi
dapetin Angel sebelum acara resepsi tiba?Opini gue
Overall, ceritanya
light. Ngelihat ada tiga cowok tinggal di kosan yang nyampur gitu, keinget sama Warkop DKI, ya. Dilansir dari Liputan 6, film
ini sukses tembus satu juta penonton dalam waktu dua minggu. Gue yakin sih,
ABG-ABG pada suka ini film. Nggak banyak komedi yang disajiin. Tapi, kalo lo
emang suka Radit, yaaaa lo bakal ngerasa lucu aja. Buat gue, Babe sebagai
Victor-lah yang bikin genre film ini jadi komedi. Sisanya? Drama khas individu
Ibukota.
Dari kacamata gue, premis ceritanya ngebikin si tokoh utama
bener-bener terlihat menyedihkan. Tapi, dia punya ke-apa-ada-an yang belum
tentu dimiliki cowok-cowok zaman sekarang. Kita nggak perlu maksain keadaan
hanya untuk apa yang kita inginkan. Tanpa sadar, ada kok, yang lebih kita
butuhin, yaitu merasa bahagia.
Fakta yang lagi-lagi Radit tawarkan adalah cewek selalu
luluh sama cowok lucu. Selain itu, kalo ngobrol sama cewek, di-iya-in aja.
Nggak banyak experience yang gue
dapet, sih, masih sama dengan teori-teori Radit sebelumnya.
Gue sendiri awalnya nggak tertarik nonton, tapi banyak
banget yang nge-suggest buat nonton
film ini. Jadilah, gue nonton film Single
secara single alias sendirian. At the end, film ini asyik juga ditonton
di sela-sela rutinitas.
Ada setidaknya tiga alasan buat gue yang bikin film ini
berhasil, yaitu:
1. Luncur di saat musim liburan, minggu ketiga bulan Desember.
2. Bukan skrip dari bukunya, sehingga nggak memunculkan banyak ekspektasi dan persepsi di kepala penonton (masih menebak-nebak).
3. Yang utama dan paling utamalah, Raditya Dika gitu, lho! Apa sih, yang nggak bisa “dijual” dari doi?
Belom nonton dan punya hasrat nonton film ini? Gue kasih
tipnya:
Relax, bawa popcorn dan minuman. Nggak usah mikirin
“abis ini pasti gini” karena biasanya bakal bener, soalnya ini light banget. Nikmatin setiap ekspresi
muka pemainnya. Semoga lo bisa terhibur dan ketawa. Satu lagi, siap-siap
bapeeeer, ye! Hehehe.
Berlatar belakang kehidupan urban, gue paling suka bagian mereka baru masuk ke kelab malam.
Musik, efek, dan style-nya keren! Good job, Radit. Yang udah pernah nonton
film-film Radit sebelumnya, bakal ngerasa film ini jauh lebih dewasa baik dari
segi cerita ataupun visualisasinya. Eits, nggak cuma seneng-seneng kok, ada
yang harunya juga. Itu karena seorang ibu bernama Marjan yang mengidap alzheimer. Nonton sendiri, biar tau! :D
Semoga Radit segera melahirkan karya-karya fiksi lainnya,
deh.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Selanjutnya, ada film Ngenest
yang diadaptasi dari buku trilogi karya Ernest Prakasa. Kayak personal literature yang dijadiin film
pada umumnya, film ini bercerita tentang perjalanan hidup sang penulis sebagai
bagian minoritas di Indonesia. Keturunan Cina yang kerap di-bully karena fisiknya yang emang Cina
banget, nggak bisa boong, deh.
Sinopsis
Semasa SD, Ernest punya seorang sahabat bernama Patrick yang
cina-cina juga. Patrick selalu punya ide untuk balik ngisengin anak-anak yang nge-bully mereka. Persahabatan mereka
berlanjut ke bangku SMP. Ernest dan Patrick masih satu sekolah, bahkan dengan
anak-anak yang suka nge-bully mereka.
Suatu ketika Ernest berpikir, kalo mau nggak di-bully lagi, Ernest harus seperti mereka. Jadi bagian mereka.
Ernest pun mencoba berbagai cara supaya bisa gabung sama
anak-anak itu. Mulai dari bayarin mereka nonton band metal hingga sok-sok ikutan malak. Semua cara gagal total.
Sampe akhirnya, logika Patrick memunculkan hasrat baru dalam kepala Ernest.
Bahwa untuk mengakhiri rantai diskriminasi ini, Ernest harus nikah sama
pribumi. Supaya apa? Supaya anaknya nggak Cina!
Masa SMA pun tiba. Ernest harus menerima kenyataan kalo dia
nggak lulus di SMA favoritnya. Jadilah, dia masuk ke SMA di mana ayahnya dulu
pernah mengenyam pendidikan. SMA Bunda Kudus yang isinya cina-cina juga ngebuat
Ernest nggak berhasil ngewujudin keinginannya: pacaran sama pribumi.
![]() |
Patrick dewasa (Morgan Oey) dan Ernest |
Saat pengin refund uang
les Mandarin (Ernest masuk kelas Mandarin karena mantannya itu yang minta),
Ernest ngelihat seorang gadis pribumi yang manis sedang ngembaliin formulir
pendaftaran. Ernest pun buru-buru membatalkan niatnya untuk keluar dari tempat
les tersebut.
Singkat cerita, Ernest ngedapetin nomor HP-nya. Cewek itu
bernama Meira. Ernest berhasil ngajak Meira buat nonton Harry Potter bagian
tiga. Ternyata, mereka sama-sama suka Harry Potter dan ngikutin ceritanya. Dari
situlah, masing-masing makin ngerasa klik.
![]() |
Ernest dan Meira (Lala Karmela) |
Nggak semulus itu sih, soalnya ayah Meira nggak suka sama
orang Cina. Sang ayah pernah bangkrut karena ditipu oleh keturunan Cina. Tapi,
seiring berjalannya waktu dan juga usaha Ernest, ayah Meira setuju-setuju aja,
tuh.
Lima tahun pacaran, Ernest dan Meira pun menikah. Persoalan
baru pun muncul, hampir dua tahun, Ernest berusaha menunda kehamilan Meira.
Ernest nggak pernah terus terang apa alasannya kepada Meira. Someday, Meira udah nggak tahan lagi.
Meira marah sama Ernest karena pengin banget punya anak.
Ernest yang emang sayang banget sama Meira pun menuruti
keinginannya. Meskipun agak takut, pada akhirnya Meira positif hamil. Girang
siiiih, Ernest-nya di situ. Tapi, ketakutannya pun makin tinggi. Sebenernya,
Ernest tuh, takut kalo anaknya nanti bakal sipit kayak dia. Kan, tujuan awalnya
nikah sama pribumi untuk memutus rantai diskriminasi yang dirasakan
keluarganya....
Bolak-balik Ernest curhat sama Patrick yang juga sekarang
udah nikah, tapi nggak kunjung dikaruniai anak (bukan karena mereka nunda).
Patrick pun berusaha memberi support supaya
Ernest bisa ngalahin ketakutannya sendiri.
Puncaknya adalah saat Meira akan segera melahirkan, Ernest
juga mendapat tekanan dari kantor karena dia melakukan kesalahan besar. Hari
itu, Ernest tiba-tiba menghilang. Nggak bisa dihubungi oleh siapapun. Meira
udah merintih kesakitan di rumah, berusaha menghubungi siapapun yang dekat
dengan Ernest. Patrick-lah yang berhasil menemukan Ernest di markas mereka
sejak kecil.
Ernest ngungkapin tuh, problem
yang dia permasalahkan. Patrick yang gemes lihat Ernest, blak-blakan kalo
dia mandul, sedangkan istrinya subur. Patrick menegaskan kalo harusnya Ernest
bersyukur karena bisa mudah dapet keturunan.
Ernest bergegas ke rumah sakit, nemenin persalinan Meira.
Anak perempuan yang... sipit pun lahir ke dunia. Meskipun sama seperti
ketakutannya, Ernest sama sekali nggak kecewa. Dia tersenyum bahagia bersama
keluarga.
Cast film: Ernest Prakasa, Kevin Anggara, Lala Karmela, Morgan Oey, Brandon Salim, Ferry Salim,
Olga Lydia, Ge Pamungkas
Cast film: Ernest Prakasa, Kevin Anggara, Lala Karmela, Morgan Oey, Brandon Salim, Ferry Salim,
Olga Lydia, Ge Pamungkas
Opini gue
Jokes yang dipake
banyak yang nyentil. Soalnya, ya gitulah faktanya anggapan banyak pribumi pada
etnis Tionghoa di Indonesia. Udah jadi sejarah turun temurun kayaknya! So, film Ngenest relate banget sama kehidupan bermasyarakat di negara kita. Banyak
istilah-istilah kayak “tiko”, apalagi ya, gue lupa. Intinya, sebut-sebutan
khusus gitu, deh, buat nyebut masing-masing kaum.
Film ini santai abis, kita cukup ngikutin aja jalan cerita
hidup Ernest selanjutnya. Gue suka karena kehangatan yang ditawarkan film Ngenest. Kayaknya, nggak ada tuh, yang
lebih menyentuh dari hal-hal yang berkisah tentang keluarga. Di bagian credit yang ditayangin di akhir pun, disisipin video syukuran film ini. Segenap crew dan pemain, juga bini Ernest yang asli ada di situ. Dan entah kenapa gue mau duduk lebih lama di kursi penonton buat nyelesaiin bagian itu.
Untuk film perdana mereka, Kevin Anggara (Ernest remaja) dan Lala Karmela boleh diakuilah acting-nya. Logatnya Kevin juga mumpuni untuk berperan sebagai anak asli Cina.
Ernest Prakasa memanglah salah satu pendiri komunitas Stand
Up Indo bahkan udah pernah ngadain tur komedi ke beberapa kota. Tapi ya,
Raditya Dika masih lebih terkenal dari doi. Yang nonton film Ngenest kebanyakan sih karena udah tau
Ernest itu siapa. Agak sayang menurut gue, poster film-nya nggak begitu menarik
buat orang awam. Well, film ini worth it buat ditonton.
Untuk film perdana mereka, Kevin Anggara (Ernest remaja) dan Lala Karmela boleh diakuilah acting-nya. Logatnya Kevin juga mumpuni untuk berperan sebagai anak asli Cina.
![]() |
Cast film Ngenest |
Banyak yang berusaha ngebandingin dua film ini. Duh ah, beda
bangetlah, yang satu fiksi yang satu non-fiksi. Belom lagi, yang satu tayangnya
pas orang-orang baru liburan, yang satu lagi tayang waktu orang udah pada mau
masuk sekolah, kuliah, atau kerja. Pengaruh Raditya Dika dan Ernest Prakasa di citizen juga berbeda, kan? Latarnya
apalagi, Single kehidupan perkotaan
yang maju, sedangkan Ngenest klasik
bener.
Gue pikir, film Single
paling pas ditonton bareng temen dan film Ngenest cocok buat ditonton bareng pasangan. Berbagai makna dan kesenangan yang gue dapet dari keduanya.
Sama-sama fun dan sama-sama
Indonesia.
Kalo lo, udah nonton yang mana? Yuk, dukung film nasional!
Source:
https://twitter.com/radityadika
showbiz.liputan6.com/read/2402367/film-single-raditya-dika-sukses-tembus-1-juta-penonton
https://twitter.com/muviladotcom/
https://twitter.com/MorganousDEPOK_/
Source:
https://twitter.com/radityadika
showbiz.liputan6.com/read/2402367/film-single-raditya-dika-sukses-tembus-1-juta-penonton
https://twitter.com/muviladotcom/
https://twitter.com/MorganousDEPOK_/
17 comments
Belum nonton dua-duanya. Huhuhuhuh. Sabar.. sabarrr... jangan turun dulu filmnya sampe dompet keisi lagi. :))
ReplyDeleteih ih, makanya nontonnya jangan sambil jajan. apalagi bawa pacar. hemat beb!
DeleteAjaib, pas baca ini ada liputan tentang Ngenest di net.
ReplyDeleteApa ini pertanda aku harus nonton?
Belom nonton dua-duanya sih tapi kok kayaknya yang Single datar aja gitu gak ada gregetnya (?)
(lagian filmnya masih ada gak sih di bioskop?)
Nontonlah, Kang Emil aja udah. Jangan mau kalah, Fir! Hahaha. Aku nonton Ngenest karena baca twit Joko Anwar. Eh, bener aja ternyata relate sama kehidupan sehari-hari.
DeleteSingle masih ada di bioskop. Laris, sih.
Udah nonton Ngenest doang... lumayan menghibur deh :D.
ReplyDeleteIyalah menghibur, nontonnya sama misua *ngiri*
DeleteBelum nonton dua-duanya. Dan aku rada gak suka sama film komedi Indonesia. Gara-garanya sih saya suka gak ngerti humornya. Hehehehe.
ReplyDeleteTapi suka banget sama review film keduanya. Lengkap dan jelas. Ditunggu review-review lainnya :)
Wahahahaha baca komenmu aku ngakak sendiri, Kak X))
DeleteNggak ngerti humornya karena bikin mikir berat atau emang nggak keitung sebagai jokes?
Makasih Kakak. Draft review banyak tapi males nge-post. Hiks.
Mungkin selera humorku yang payah. Hehehehe >.<
Deletebelum nonton sih, tapi pengen nonton 22nya soalnya ini comedian favorit saya kebetulan, yah mau nonton juga gada temennya ahaha :D #KODE jiyahh
ReplyDeleteWah udah lama ga nonton film Indonesia, kayaknya oke nih dijadiin referensi ... Mudah2an msh main di bioskop wkwk ...
ReplyDeleteYah, gue belom nonton. Tapi kayaknya Ngenest lebih menarik.
ReplyDeletehah? sama pasangan...? tidaaaaak hahah
ReplyDeleteHuuaaa udah rame ini iklannya,sekarang review2nys.. sy blm nonton.. sejak habis lahiran udh gak pernah nonton, kayaknya trakhir nonton itu...hmmm, kapan yaaaa?? Penasaran, pengen nonton ini juga ahh.
ReplyDeleteBelum nonton dua-duanya, udah baca banyak review tentang kedua film ini duh, makin banyak yang nulis reviewnya makin meningkat juga rasa penasaranku. Seandainya di daerahku ada bioskop -_-'
ReplyDeletewah jadi gimana gitu, karena saya "wong ndeso" yang ga pernah nonton di bioskop, ditambah di daerah saya ga ada bioskop. hehe kalo di jogja biasa nonton di festival" film aja. kaya di Taman Budaya Yogyakarta bulan kemarin :D
ReplyDeleteKeren nih rating dari filmnya :o Sinopsisnya juga keren sip lah
ReplyDelete