Sekelumit Cerita Perjalanan Seorang Blogger
Tidak sedikit tentunya yang mulai menulis di blog dengan curhatan pribadi. Begitu pun aku yang sempat menjadikannya buku diary. Alih-alih berniat menjadi inspirasi, justru sebenarnya aku hanya ingin bercerita saja, melimpahkan berbagai rasa yang sempat tertahan.
Aku tidak tau pasti sejak kapan label “blogger” tersemat
pada dahiku. Seakan-akan, aku dikenal sebagai seorang blogger. Jangan tanya
“Kamu blogger apa?” karena boro-boro niche
pada blog, mengisinya saja pun aku urung disiplin.
Namun, kalau diingat-ingat lagi, perjalanan sebagai blogger
kumulai dari sini.
![]() |
Salah satu foto yang pernah ku-upload di blog ini, agak alay sih, emang... |
Di usiaku yang ke-17, aku memilih untuk membuat blog ini
dengan mengulas kegiatanku sehari-hari di Bandung. Waktu itu, kerap kali aku
mengunggah foto bersama teman-teman sekalipun momennya tidak begitu spesial.
Seolah-olah sekadar memindahkan isi Facebook pada platform lain.
Semua berawal dari kegelisahan, begitu juga aku yang merasa
bosan dengan kegiatan blogging-ku
yang begitu-begitu saja. Aku si perantau ulung yang selalu ingin tau, menemukan
sebuah komunitas blogger nasional yang mencap diri mereka sebagai blogger
kreatif. Yap, mereka memanglah kreatif. Aku sadar betul betapa banyak ide-ide
terlahir saat aku berbincang-bincang dengan mereka. Sesekali, kami bertatap
muka baik secara virtual maupun di dunia nyata. Tidak sebatas seputaran Bandung,
aku pun berjumpa dengan mereka yang di Jakarta hingga Yogyakarta.
Bersama mereka yang muda-muda, tulisan yang kubuat semakin
impulsif. Sewaktu terlintas suatu hal di kepala, langsung kutulis begitu saja.
Saat itu, begitu jarang aku memfilter apa yang kuungkapkan lewat blog, sehingga
terkadang tidak sesuai dengan etika di negeri kita. Lawakan-lawakan miskin
norma kesopanan, sempat tercipta dari jemari-jemariku ini. Meskipun begitu,
berbagai lomba kumenangkan, bahkan aku pernah membawakan sebuah presentasi di
kampus swasta ternama berkat blog-ku di masa itu.
Waktu terus bergulir, hingga aku tak sadar, usiaku hampir
kepala dua. Iya, menginjak 19 tahun, aku mendapat kesempatan untuk bekerja di
sebuah penerbitan buku-buku populer. Boleh dibilang, blog adalah salah satu
portofolioku. Penerbitan yang beberapa penulisnya aku gemari, membuat beberapa
temanku iri. Kalau mengingat jurusanku di bidang IT, pasti ada saja yang
meragukan kemampuanku sebagai seorang editor. Tentu saja di sana aku belajar
dan berlatih walaupun tak dapat menjadi ahli dalam sehari.
Sebagai satu-satunya karyawan termuda, jiwa “remaja”-lah
yang kuandalkan. Aku harus bisa menggunakan panca indera untuk memahami seperti
apa bacaan yang ABG sedang nikmati. Kalau sedang hoki, malah dapat membuka tren
baru yang kemudian ramai-ramai diikuti. Toko buku sudah seperti mini market—setiap minggu kukunjungi.
![]() |
Menjadi MC talkshow Dara Prayoga dan Dimas Abi |
![]() |
Nge-MC saat nonton bareng pemain dan penulis Remember When |
![]() |
Ngobrolin project komik dengan Pak Ahok di kantor beliau bersama pimred |
Dengan segala euforianya, aku semakin terbiasa untuk
berpikir cepat. Bersama rekan-rekan yang inovatif, pembicaraan dari stand up comedy hingga Madilog Tan Malaka tak pernah ada
habisnya untuk dilahap. Mereka adalah orang-orang yang lapar akan bahan bacaan.
Jangankan buku yang sedang hits, bahkan
yang hanya terjual beberapa eksemplar pun mungkin sudah mereka santap. Tempatku adalah di sini, jiwaku ada di sini,
batinku dalam hati.
Akan tetapi, Tuhan berkehendak lain. Ada saat di mana aku
harus kembali ke kota kelahiran untuk memenuhi hasrat orangtua. Tentu saja
berbagai penolakan terjadi dalam diri. Namun, semua pergulatan berhasil aku
lewati. Satu pesan dari direktur redaksi kala itulah yang membuatku memantapkan
hati untuk mengikuti keinginan keluarga.
“Mimpi boleh banyak dan berganti-ganti, tapi ayah dan ibu cuma satu.” - Jeffri Fernando, Direktur Gagasmedia Group
Ketika kembali ke Medan, aku sering disapa sunyi yang mesra
pada dinding kamar. Mengunyah kerinduan akan aktifnya aku dalam berbagai
kegiatan kreatif. Lagi-lagi, kegelisahanku muncul. Ada nggak, sih, komunitas blogger di Medan?
Sepertinya Tuhan begitu cepat menjawab pertanyaanku. Aku
menemukan komunitas blogger Kota Medan yang rutin menggelar diskusi ringan
setiap bulannya. Tanpa ragu-ragu, aku pergi sendiri untuk bergabung dalam
pertemuan itu. Keasingan adalah perihal biasa dalam jumpa pertama, tapi kepuasan
batin untuk bisa menjamah dunia yang aku suka adalah kebahagiaan yang tiada
tara.
![]() |
Bersama Kak Mollyta (www.mollyta.com) di Medan dalam sebuah talkshow (2016) |
Berbagai liputan kujalani bersama mereka. Suatu hari, aku
diundang secara personal oleh perusahaan e-payment
untuk hadir dalam peluncuran online
festival mereka di Medan. Meskipun tidak tergabung dalam bisnis MLM, aku
terbiasa untuk menjaring relasi dan menemukan teman baru. Di sana aku bertemu
dengan jurnalis yang kupanggil Kak Sakina.
Namanya perempuan, waktu dua jam bisa kami habiskan untuk
bercerita macam-macam, dari komunitas sampai lema dalam bahasa. Kak Sakina menyadari bahwa aku begitu antusias dalam
dunia baca dan kepenulisan. Dengan rendah hati, dia meminta nomor ponselku
untuk dimasukkan dalam satu grup bernama KOPI regional Medan.
KOPI? Apa sih, KOPI itu?
Ini bukanlah espresso atau
piccolo latte yang aku nikmati di gerai-gerai
kopi bergaya kapitalis. KOPI yang dimaksud adalah Koalisi Online Pesona
Indonesia. Terbentuk pada November 2015, gerakan ini diinisiasi oleh Kak Arul
Kabarindo.com. Rupa-rupa jurnalis dan pegiat media daring tergabung di sini. Hal
yang menggugahku akan gerakan tersebut adalah ke depannya KOPI ingin menjadi wadah
utama secara online untuk
mempromosikan apa yang disebut sebagai pesona Indonesia. Mulai dari fashion hingga kuliner Nusantara. Ini
bukanlah isapan jempol belaka karena memang KOPI memiliki deklarasinya.
![]() |
Deklarasi Koalisi Online Pesona Indonesia (KOPI) |
Musim berganti wajah. Sepantasnya media dan blogger yang
mengabarkan bahkan mengada-adakan kabar tak sedap tentang Indonesia malu dengan
realita ini. Ada orang-orang yang berupaya dengan payah untuk mengangkat
isu-isu inspiratif yang Tanah Air miliki. Meski fakta untuk mengejar rupiah tak
terelakkan, tapi bisakah kamu dan aku yang membaca ini agar menjadi blogger
kabar baik?
Di sisi lain, blogger memang tidak memiliki kode etik
layaknya wartawan dalam menyuarakan. Namun, bukan serta merta membuat kita
menggunakan kacamata kuda, mem-posting dengan
semena-mena. Bila harga seorang blogger terletak pada seberapa besar engagement tulisannya, ingatlah blogger
adalah manusia yang punya tanggung jawab moral untuk menebar manfaat dan
kebaikan.
Sungguh, KOPI telah menjadi motivasi yang membakar
semangatku supaya bisa menjadi blogger kabar baik yang utuh. Meskipun belum ada
kegiatan lanjutan di regional Medan, interaksi di grup pun sukses membuatku
memutar otak. Bikin apa lagi, ya, yang
sekiranya menarik sekaligus berguna? Satu perubahan yang aku praktikkan adalah mengganti sapaan "gue-lo" menjadi "aku-kamu" karena ingin dekat dengan semua kalangan dan berbagai rentang usia.
Setahun telah berlalu, November 2016 segera menyingsing. KOPI
akan merayakan hari jadinya yang pertama. Ah…, sebagai pendatang baru, aku
belum sempat melakukan apa-apa demi keberlangsungan KOPI. Aku hanya bisa turut
bersuka cita dengan adanya Pesta KOPI Sapa Dunia di Jakarta. Nantinya, para
blogger yang tersebar di 20 kota besar akan dipertemukan dalam acara tersebut.
Jika kamu tertarik dengan KOPI, sila follow akun-akunnya.
Jika kamu tertarik dengan KOPI, sila follow akun-akunnya.
Twitter: @Kopikabarindo
Instagram: @koalisikopi
Facebook: http://www.facebook.com/KOPIKabarindo/
Jadilah bagian dari KOPI di masing-masing kota, siapa tau
kamu bisa mengikuti workshop yang
bertajuk “Pembacamu adalah Penonton Film Indonesia” dari KOPI pada Pesta KOPI. Mulai
dari Asma Nadia, Dee Lestari, sampai Giring Nidji telah bersinergi bersama
kami. Kalau kamu, kapan?
"Barang siapa yang bisa memberi manfaat kepada saudaranya, maka hendaklah ia melakukannya." - (HR. Muslim)
20 comments
eh ada juga kalau nggak salah Kopi yang lain, komunitas pecinta film.
ReplyDeletejadi ceritanya udah betah belum di Medan fun?! :D
dan juga ada KOPHI ya kan Kak... Memang dalam filosofinya #halah
Deletehmmm, jujur atau enggak nih? :p
Saya juga tanpa sengaja di cap sebagai blogger. Hhehehe... Salam blogger ya!
ReplyDeleteSalam blogger juga, Mas :)
Deletewah perjalanannya seru ya :D
ReplyDeletesama.. awal ngeblog juga buat cerita kegiatan sehari-hari :D
Sukses terus ya :D
Rata-rata emang begitu, Bil. Hihihi, memindahkan diary yang ditulis tangan ke media digital.
DeleteSeru ngeblognya dari umur 17 :D sukses ya mba
ReplyDeleteIya, Mbak Vika. Sukses juga buat Mbak yang jago juara lomba :D
DeleteWah seru juga cerita perjalannya kak.
ReplyDeleteSepertinya gabung beberapa komunitas jadi lebih asik.
Aku mengenal dunia blogging waktu kelas 8 SMP, alhamdulillah dengan ngeblog kecanduan ngeblog hilang :D
Salam kenal kak,
Ivan dari Sumbar (tetangga sumut)
Kecanduan gimana Mas? Kata-katanya rancu, hehe.
DeleteSalam kenal juga yaaaa, aku Funy :)
Semoga kapan2 bisa kopdaran ama kawan2 dari #BloggerMedan, salam kenal dari #BloggerPontianak. :-)
ReplyDeleteAmiiiin, semoga bisa ke Medan atau kami yang ke Pontianak >,<
Deletesemoga bisa ke tasik juga mba. west java. hehe
ReplyDeleteAmin, semoga bisa menyaksikan pesta KOPI dan gathering dengan semua blogger se-Indonesia, seperti mimpi kita ya Kak funny :)
ReplyDelete#KOPIIsSinergy
Oalaah kemaren sempet beberapa kali ketemu anak mas-mas dari KOPI ini. Awalnya kukira semmacam perkumpulan blogger yang suka ngopi, ternyata mirip-mirip jurnalis. Hahahah. Seru fun! Semoga ke depannya makin sukses ya! \(w)/
ReplyDeleteAku juga gabung sama KOPI Semarang nih...
ReplyDeleteFoto abang gak ada ya di situ
ReplyDeletesaya mengikuti kakak sejak masih belum beli domain kalo nggak salah profile picturenya di blog pake kacamata dan belum pake kerudung ya. dari itu sampe sekarang perkembangannya terlihat banget kak. semangat ya kak :)
ReplyDeletesaya juga perlahan harus menjadi blogger yang bermanfaat dan menunjukkan perkembangan :)
Ahaha sepertinya seru sekali ya gan, bisa bertukar pikiran dengan manusia-manusia yang heterogen xD
ReplyDeleteJadi baper gegara baca ini...
ReplyDelete"Mimpi boleh banyak dan berganti-ganti, tapi ayah dan ibu cuma satu.” - Jeffri Fernando, Direktur Gagasmedia Group
Alasan yang nggak jauh beda waktu pulang ke Jogja :(
dan susah move on :)