Ini Bukan Tentang Berbicara
Ini Bukan Tentang Berbicara - ! Diary Khansa:
Membacalah jika ingin menulis.Mendengarlah jika ingin berbicara.
Mungkin, kamu acap kali mendengar patah seperti itu, aku pun
begitu. Tapi, haruskah kita selalu
mendengarkan apa-apa yang dikatakan orang lain tentang kita? Haruskah kita
selalu menanggapi kata tanpa makna? Haruskah kita menjadi baik di hadapan
mereka-mereka yang bahkan tidak membuat kita merasa baik?
Aku selalu bertanya tentang arti kebebasan. Dan selalu
terbentur pada kebebasan yang bertanggung jawab. Apa aku mengidap paranoia?
Yang berkhayal untuk bebas melakukan apa saja. Realitanya, sih, aku bebas
melakukan apapun, dalam pikiran dan hati milikku sendiri.
Semua bergerak, semua berubah. Seiring waktu. Semakin hari
semakin moderen. Semakin hari semakin dinamis. Dan semua bergerak cepat.
Secepat mereka-mereka yang memberi label pada diri kita. Pasti kamu pernah
diberi label seperti itu. Ah, aku pun baru saja memberi label padamu. Mudah,
cepat.
Suka ataupun tidak suka, kamu dan aku mendengarnya.
Mendengar label-label dari mereka. Mendengar tawa-tawa yang menguar di ruang
waktu.
Kata mereka, aku adalah orang yang konyol dan tidak bisa
diajak serius. Selang beberapa waktu, kata mereka, aku terlalu serius
menghadapi hidup. Kontradiktif. Pernyataan yang mungkin dikatakan bagi mereka
yang belum mengenal. Tahu dan kenal itu berbeda. Padahal, dalam otakku, aku pun
menertawai keseriusan mereka menanggapiku. Betapa konyolnya mereka di pikirku.
Aku selalu suka mendengar. Dan malas berbicara, ketika
mereka hanya bisa menghakimiku dan pemikiranku. Mereka mendengarkanku seakan
perkataanku hanya selingan di antara obrolan. Padahal, aku meluangkan waktu untuk
mendengarkan mereka, yang kerap kali hanya antologi tak berguna. Aku masih bertanya.
Tapi, setidaknya aku menemukan satu jawaban, bahwa kebebasan adalah kemampuan
mengontrol. Mengendalikan diriku sendiri tanpa memegang kendali yang bukan
diri.
2 comments
Deal. Kita tidak akan sepenuhnya bisa memahami seseorang, sebagaimana seseorang tidak akan pernah memahami kita sepenuhnya. Sepintar apa pun mereka. Bisanya hanya mengintepretasikan (kalau tulisannya benar), mengira, mungkin menghakimi, tapi tidak pernah benar-benar paham. Dan bahkan karakter seseorang pun sering "Semua bergerak, semua berubah." Just like the world.
ReplyDelete"Aku bukan kamu, kamu bukan aku."
I like this one. :)
AAAAKKKK aku dikomenin kak araaaa :'(
ReplyDeleteudah lama nggak ngeblog nih, jadi banyak kegusaran-kegusaran yang ingin aku angkat.
Dan pastinya aku hadir dengan bahasa dan bahasan yang berbeda.
Iya, sejatinya, kita, aku dan kamu, tidak sama. Sejatinya.