5 Kesalahan Umum yang Dilakukan Ketika Menulis dengan Bahasa Indonesia
Holla!
Sebagai blogger yang
menulis dalam bahasa Indonesia, gue mau nge-share
lima kesalahan umum yang pernah gue lakukan dan sering juga gue temui. Ini
bukan semata-mata karena gue doyan nulis sih, tapi juga karena kebutuhan
menulis dalam kehidupan kita. Misalnya, penulisan skripsi atau karya ilmiah.
Meskipun banyak yang mengabaikan, nggak ada salahnya kan, untuk berbagi?
1. Di sebagai kata depan dan imbuhan
Coba cek tulisan-tulisan yang pernah lo buat, pernah nggak,
memusingkan persoalan yang satu ini? Kata depan di ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Biasanya, kata
depan di ini menunjukkan keterangan
tempat.
Contoh:
Di mana Begu
membeli sepatu?
Gue ada di antara
lo dan dia. (Banyak yang sering menggabungkannya menjadi “diantara” padahal itu
menunjukkan posisi, kan?)
Beda ceritanya dengan di
sebagai imbuhan awalan yang ditulis serangkai.
Contoh:
Perusahaan itu dibangunnya
dengan susah payah.
2. Sekalipun vs sekali pun
Beda spasi bisa jadi beda arti, lho. Kita lihat contoh
berikut ini.
- Sekalipun kamu
marah, aku tetap menunggumu.
- Sekali pun kamu
tidak pernah menemuiku.
Got it? Kata
tersebut di kalimat pertama berfungsi sebagai kata penghubung yang menunjukkan perlawanan makna, sedangkan di kalimat kedua menunjukkan
frekuensi waktu.
3. Kadaluarsa atau kadaluwarsa, ya?
Hayo, menurut lo mana yang bener? Kalo lo memilih salah satu
di antara kadaluarsa dan kadaluwarsa, dua-duanya salah! Kata yang benar adalah
kedaluwarsa. Nggak percaya? Lihat KBBI, deh.
Bukannya berarti kata ini seringi dipake, tapi ada baiknya kita mencari tau lebih banyak di KBBI. Kan, sekarang udah ada aplikasi KBBI di HP dan website-nya. Hehehehe.
Bukannya berarti kata ini seringi dipake, tapi ada baiknya kita mencari tau lebih banyak di KBBI. Kan, sekarang udah ada aplikasi KBBI di HP dan website-nya. Hehehehe.
4. Partikel pun
Kalau yang ini nggak usah ditanya, deh, sering bingungin
emang. Sebenarnya, partikel pun ditulis
terpisah dari kata sebelumnya. Kayak gini, nih:
Jadi kuli pun aku
mau, demi kamu.
Kalau kamu sakit, hatiku pun
sakit rasanya.
Nyadar nggak, pun di
atas bisa diganti dengan kata “juga”? Beda dengan kelompok kata dengan partikel
pun berikut yang lazim ditulis
serangkai karena memiliki makna berbeda. Mereka adalah adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun,
dan walaupun.
Contoh:
Kalaupun kamu
datang kembali, aku tidak mau menerimamu.
5. Menyuci vs mencuci
Ahhh, lagi-lagi bisa jadi beda makna, lho. Aktivitas yang
sering kita lakukan dengan piring dan baju adalah mencuci ya, guys! Kalo menyuci berarti kata dasarnya adalah “suci”
bukan “cuci”. Gue inget banget ketentuan satu ini sejak SMP bahwa dalam bahasa
Indonesia, ada peleburan saat menambahkan imbuhan awalan pada kata dasar yang
diawali huruf k, t, s, dan p. Inget aja jadi KTSP! Nggak ada huruf c, ya. Hehehe.
Contohnya, mengais (kais), memukul (pukul), mengetik (ketik), dan banyaaak lagi.
Kalo dipikir lagi, 5 kesalahan umum yang dilakukan ketikamenulis dengan bahasa Indonesia ini sederhana, kan? Banyak yang menganggap ini
bukan hal yang penting. Bahkan, kalo pake aturan gini, terkesan harus menulis
dengan gaya yang baku. Bener bukan berarti baku, lho. Dengan kata-kata baku,
kita bisa tetap menulis dengan gaya yang santai. Benar dan baku bisa jadi berbeda.
Contoh:
Contoh:
Yang baku: bagaimana, nggak baku: gimana. Dua-duanya
sama-sama benar tergantung penempatannya. Kalo obrolan sehari-hari, nggak biasa
kan, ngomong pake bagaimana? Tapi,
mana mungkin nulis batasan masalah di tesis pake gimana, bisa-bisa dijitak dosen penguji, tuh.
Siapa lagi kalo bukan kita yang menghargai bahasa Indonesia?
Di antara kita aja, banyak yang belajar soal grammar atau tenses.
Kenapa nggak diimbangi dengan belajar bahasa negara sendiri, hayo? Skripsi aja
banyak yang dicoretin kan, gara-gara kesalahan tata bahasa? Hihihihi... Buat
gue sendiri, menulis dengan tata bahasa yang benar juga menambah kenyamanan
baca. Bener, nggak?
Hmmm, sebenernya, banyak lagi sih, kesalahan-kesalahan umum lain
yang sering gue lakukan dalam menulis dengan bahasa Indonesia. Misalnya, gue
dulu sering bilang tolak ukur, sedangkan
yang bener itu tolok ukur! Percaya
nggak percaya waktu tau kenyataan itu karena kesalahan yang mengakar dan
akhirnya jadi habit.
Nah, berhubung banyak banget dan nggak mungkin gue share dalam satu post, segini dulu aja kali, ya. Mungkin, lain kali ada lagi yang
bisa gue bagi sama lo semua. Apa lo pernah punya pengalaman sama 5 kesalahan umumyang dilakukan ketika menulis dengan bahasa Indonesia ini, guys? Kalo mau sharing lewat
email atau Twitter juga boleh, kok.
16 comments
Yang lebih sering itu menurutku masyarakat awam bingung dengan kata baku dan tidak baku, penggunaan kata serapan yang keliru, dan tanda baca.
ReplyDelete(Sendirinya sering dimarahin sama editor waktu di pers mahasiswa).
Asyiiik, dikomen Bang Zikri.
DeleteNah, itulah makanya ada sedikit intermezzo dari aku setelah nomor lima itu. Mungkin, nanti aku bisa share lagi yang lain di sini. Atau dirimu mau share juga? xDbb
Kesalahan yang sering saya lakukan, baik dalam menulis ataupun berbicara adalah penggunaan kata "pun". Misalnya, kok kau tanya pula samaku, aku pun juga ngga tau kenapa dia pergi meninggalkanku.
ReplyDeleteSetelah baca postingan ini, saya menyadari kalau adanya pemborosan kata pada kalimat yang saya tulis atau ucapkan itu. Terima kasih sudah menyadarkan saya, kak pun(i).
Hihihi Kak Puni ya Kak Puni, pake kapital. #lol
DeleteSep, sama-sama, Len.
Aduh lupa mencet Shift.
DeleteTerima kasih sudah mengingtakan lagi, Kak Pun(i).
Mengingatkan!!! Tuh, typo lagi!
Deleteiya nih, hal-hal dasar kayak gini sering direpetin sama editor pas jadi pers SMA dulu :(
ReplyDeletebtw, paragraf kelima dari bawah judul yang kakak bold kurang spasinya kak.
Makasih Diyah udah diingetin :D
DeleteNyinyir ada nggak ya dalam KBBI? Heheh. Terus baru tau juga nih mbak, kalo alpukat itu nggak ada. Yang ada avokad. Terus yang ini nih biasanya... analisa dan analisis :)
ReplyDeleteAda nyinyir. Kalo sinonimnya nyenyeh (mungkin, jarang denger ya?)
DeleteYap, alpukat atau alpokat adalah kesalahan besar hahaha.
Analisa, itu sering banget tuh, di skripsi. Tapi, kadang kalo diganti jadi analisis, dimarahin sama dosennya karena bertahun2 udah pake aturan tersebut. Dan mereka menyetujui bahwa itu adalah hal yang benar.. :D
Bener banget, Fun, terutama yg soal "pun", sebelum baca tulisan lu ini gua tiap kali nulis masih tebak-tebakan pakai feeling untuk menentukan "pun" nya harus dipisah atau disambung. Soal kata "kadaluarsa" juga, gua baru tau ejaan yg benernya apa hehehe
ReplyDeleteNice post, ditunggu lho lanjutannya. Gua di Cv ngakunya fasih bahasa Inggris dan Mandarin, tapi masa bahasa tanah air sendiri masih salah-salah? Malu nih gua...
Gue terharu baca kalimat terakhir lo, Om :')
DeleteIya seeeep, semoga gue rajin ye, nulis ginian hahahaa
Skripsi.... TA.... Duh =_=
ReplyDeleteDulu masih sering banget banyak salahnya, sekarang karena emang sering nulis jadi lumayan lah, ya. Tapi makin banyak tau, makin banyak kekurangan juga, harus dikembangin terus, euy. Banyak belajar dari blog, dari artikel koran. Tapi kadang blog sama koran aja nggak cukup, ya, fun.
Soal "kadaluarsa" dan "tolak ukur" itu baru tau.
Nggak apa-apa. Semakin ngerasa nggak cukup, berarti elo emang orang yang punya rasa ingin tau yang tinggi. Bagus, dong. Belajar terus! #asyique
DeleteJadi inget, dulu sering banget dapat coretan dari dospemb gara-gara penempatan "di". Sekarang sejak nge-blog jadi makin belajar buat menuliskan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. :)
ReplyDeleteHehe iya. Miris sih, kadang sibuk belajar grammar padahal bahasa sendiri masih sering salah untuk hal sederhana. :)
Delete